Cerita Tentang Hobby Cornering


Jembatan Mengwi - Bali | Sumber : Radar Bali


       Kala itu, di tahun 2017. Adalah tahun kedua saya memiliki sebuah sepeda motor dari brand Jepang bermerek Yamaha, roda dua ini saya gunakan untuk mengganti moped saya (shogun sp 125), penggantian ini bukan tanpa sebab. Karena di tahun 2015 saya mengalami kecelakaan yang cukup parah, saya menabrak sebuah mobil Toyota innova dengan kecepatan 115 km/h. Bersyukur, saya masih diberi kesempatan kedua walau mengalami luka yang lumayan parah, saya juga bersyukur karena seseorang yang saya tabrak adalah orang Bali yang baik hati, ia adalah salah satu pelopor Bali Hai pada waktu itu. 

        Dibalik sebuah musibah pasti ada hikmah yang dapat dipetik. Apa itu?, salah satu hikmah yang bisa saya petik dari kejadian itu adalah meningkatnya kesadaran saya dalam safety riding atau keselamatan dalam berkendara, maklum saya jadi tau rasanya masuk ruang UGD dan kondisi antara hidup dan mati. Peningkatan yang saya lakukan antara lain menerapkan penggunaan perlengkapan safety riding yang lebih proper seperti knee and elbow protector (decker), full face helmet (ada yang untuk jarak dekat, jarak jauh, malam ataupun siang),  gloves atau sarung tangan, balacklava, jaket, dan sepatu. 

    Baiklah, mari kembali ke topik utama. Cornering, saya rasa masyarakat di Indonesia sudah tau tentang kata itu. Cornering bertujuan untuk menentukan Center Of Gravity (COG) yang tepat ketika melintasi tikungan dengan kecepatan menengah hingga kecepatan tinggi. Dulu saya mencoba melakukannya dengan melihat video di Youtube. Berhasil?, tentu saja tidak. Apa yang saya tonton tidak membuahkan hasil, tetapi minimal saya paham basic-nya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya berkenalan dengan guru saya, seorang pembalap dari pulau dewata, panggil saja mas Wanto dan seorang guru lainnya bernama mas komang, 

FYI : Mas Wanto pemilik Aura Racing Motorcycle (ARM) di jalan Imam Bonjol Denpasar, Bali (bisa cek di Google untuk alamat tokonya) sekaligus pembalap yang beberapa kali mendapatkan podium di Yamaha Sunday Race dan Honda CBR Raceday
      
    Walaupun pada kala itu saya tergolong anak baru dan saya juga baru mengenal beliau. Mereka serta rekan-rekan yang lain sangat welcome menyambut saya. Hingga suatu hari, saya di ajak untuk melakukan latihan di sebuah jalan yang telah lama tidak digunakan (jalan mati / unused road ) di Daerah Mengwi, jalan ini dipilih karena di Bali tidak memiliki sirkuit on road (Sirkuit GWK kala itu tidak boleh digunakan dan di tutup) dan demi kemanan.

      Pertama tama saya di briefing terlebih dahulu oleh om wanto, dan saya diarahkan untuk mengikuti om komang. saya mengawali di pagi hari, tepatnya jam delapan pagi. Setiap putaran yang dirasa masih kurang benar, saya disuruh berhenti oleh beliau dan diarahkan kembali. Dan hal ini Saya lakukan berkali kali, beliau juga sangat senang mengajarkan saya. Hingga akhirnya, saya bisa melakukan Knee Down pertama saya di jam tiga sore. Ya, jam tiga sore. Saat itu semua sudah mulai menyerah, dan syukurnya saya berhasil. Dan akhirnya semua senang karena latihan hari itu tidak sia-sia.

      Well, ingin rasanya memberikan semua dokumentasi dihalaman ini. Tapi karena keterbatasan, saya hanya bisa membagikan sedikit dokumen yang ada. Tulisan ini juga saya buat untuk rekan-rekan saya di klub ARM Bali, sebagai ucapan terimakasih dan brotherhood. See you soon dan terima kasih telah membaca...! Have a nice day .. :)

Beberapa foto ketika saya sedang berlatih cornering untuk pertama kalinya:


Briefing Oleh Suhu Wanto
NB : Lupakan Knalpotnya, kala itu saya tidak tau knalpot KW. Saya mengganti knalpot original Daytona setelahnya


Knee Down On YZF-R15

Posting Komentar

0 Komentar